Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Penggunaan 'Asya pada Isim Dhomir

 Di dalam kitab alfiyah ibnu malik, terdapat nadhoman yang menjelaskan tentang penggunaan ‘asya pada isim dhomir sebagai berikut wajarridan ‘asya awirfa’ mudhmaro biha idzasmun qoblaha qod dzukiro wal fathu wal kasro ajiz fis siini min nahwi ‘asyaitu wan tiqol fatha zukina

وَجَرِّدَنْ عَسَى اَوِرْفَعْ مضْمَرَا بِهَا اِذَا اسْمٌ قَبْلَهَا قَدْذُكِرَا

Artinya : Sepikan lafadz ‘asya dari dhomir atau rofa’kanlah dengan menggunakan ‘asya pada isim dhomir, jika sebelumnya lafadz ‘asya terdapat kalimat isim

وَالْفَتْحَ وَ الْكَسْرَاأَجِزْ فِى السِّيْنِ مِنْ نَحْوِ عَسَيْتُ وَانْتِقَا الْفَتْحِ زُكِنَ

Artinya : Diperbolehkan didalam sesamanya lafadz عَسَيْتُ (lafadz ‘asya yang bertemu dhomir mutaharrik mahal rofa’) membaca kasroh pada sin atau membaca fathah, sedang membaca fathah sin merupakan qoul yang dipilih

Penjelasan Menurut Ustadz Hamdani As Sidani (wa jarridan ‘asya ,,,,) apabila sebelum lafadz ‘asya ada isim yang dirofa’kan, contoh زَيْدٌ عَسَى اَنْ يَقُوْمَ artinya  zaid semoga dia bangun. maka lafadz ‘asya boleh berwajah dua.

  1. Merofa’kan dhomir, rujuk kepada isim sebelumnya (zaidun) kemudian fi’il mudhori’ setelahnya (اَنْ يَقُوْمَ) menjadi khobarnya, disebut ‘asya naqisah.
  2. Disepikan dari dhomir (tidak merofa’kan dhomir rujuk kepada isim sebelumnya) zaidun, kemudian fi’il mudhori setelahnya. (an yaquma) langsung merofa’kan fi’il mudhori’ yang bertemu an (an yaquma) menjadi isimnya tidak menashobkan khobar. Disebut ‘asya tammah.

Dan contoh الزَيدَانِ عَسَيَا اَنْ يَقُوْمَا (artinya dua zaid sedang berdiri) boleh dibaca الزَيدَانِ عَسَي  اَنْ يَقُوْمَا , هِنْدٌ عَسَتْ اَنْ تَقُوْمَ (artinya hindun sedang berdiri) boleh dibaca هِنْدٌ عَسَى اَنْ تَقُوْمَ , الزَّيْدُوْنَ عَسَوْا اَنْ يَقُوْمُوْا boleh dibaca الزَّيْدُوْنَ عَسَى اَنْ يَقُوْمُوْا dan lain sebagainya.

Penjelasan Nadhoman ke dua (wal fathu wal kasru ajiz,,,) apabila lafadz ‘asya merofa’kan dhomir mutaharrik, contoh : عَسَيتُ، عَسَيْتُنَّ، عَسَيْتُمْ, عَسَينَا maka sinnya boleh dibaca fathah atau kasroh. Tetapi kebanyakan ulama’ ahli qiro’ah memilih fathah. Kaqouluhu ta’ala, فَهَلْ عَسَيْتُمْ. Menurut imam nafi’ dibaca kasroh.  

Dari penjelasan di atas bisa difahami bahwa ‘asya boleh didahului isim (kata benda) sebagaimana contoh ‘asya di dalam al qur’an 

يٰۤاَيُّهَا الَّذِيۡنَ اٰمَنُوۡا لَا يَسۡخَرۡ قَوۡمٌ مِّنۡ قَوۡمٍ عَسٰٓى اَنۡ يَّكُوۡنُوۡا خَيۡرًا مِّنۡهُمۡ وَلَا نِسَآءٌ مِّنۡ نِّسَآءٍ عَسٰٓى اَنۡ يَّكُنَّ خَيۡرًا مِّنۡهُنَّۚ ya ayyuhallaziina aamanuu la yaskhor qoumun min qoumin ‘asyaa an yakunu khoiron minhum wala nisaa un min nisaa in ‘asyaa an yakunna khoiron minhunna artinya Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok) dan jangan pula perempuan-perempuan (mengolok-olokkan) perempuan lain (karena) boleh jadi perempuan (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari perempuan (yang mengolok-olok). Al Quran Surat Al hujurot ayat 11

Posting Komentar untuk "Penggunaan 'Asya pada Isim Dhomir"

ِِِArtikel Pilihan:



Contoh Soal Simple Past Pilihan Ganda dan Jawabannya

close