Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Mubtada' Pada Isim Nakiroh Harus Berfaedah

 Di dalam kitab alfiyah ibnu malik, terdapat nadhoman yang menjelaskan tentang tidak diperbolehkannya mubtada pada isim nakiroh sebelum berfaedah sebagaimana nadhoman berikut Wa la yajuzul ibtida binnakiroh ma lam tufid ka’inda zaidin namiroh wa hal fata fikum fama khilla lana wa rojulun minal kiroomi ‘indanaa wa roghbatun fil khoiri khoirun wa ‘amala birrin yaziinu wal yuqos ma lam yoqol

وَلَايَجُوْزُ الْاِبْتِدَا بِالنَّكِرَةِ مَالَمْ تُفِدْ كَعِنْدَ زَيْدٍ نَمِرَة

Artinya ; Dan tidak diperbolehkan mubtada’ dengan isim nakiroh sebelum berfaedah seperti عِنْدَ زَيدٍ نَمِرَةٌ  

وَهَلْ فَتَى فِيْكُمْ فَمَاخِلَّ لَنَا وَرَجُلٌ مِنَ الْكِرَامِ عِندَنَا

Artinya :  dan seperti lafadz هَلْ فَتَى فِيْكُمْ فَمَاخِلَّ لَنَا (Apakah pemuda pada kamu semua itu kekasih bagi mereka) dan رَجُلٌ مِنَ الْكِرَامِ عِندَنَا (laki-laki yang mulia dari orang di sana)

وَرَغْبَةٌ فِى الْخَيْرِ خَيْرٌ وَعَمَل بِرٍّ يَزِينُ وَلْيُقَسْ مَالَمْ يُقَلْ

Artinya : dan seperti lafadz رَغْبَةٌ فِى الْخَيْرِ خَيْرٌ (dan kesenangan kepada kebaikan itu baik) dan lafadz عَمَل بِرٍّ يَزِينُ  (Pebuatan baik itu menghiasi) dan يُقَسْ مَالَمْ يُقَلْ (kiaskanlah apa-apa yang belum diucapkan).

Penjelasan menurut Ustadz Hamdani As Sidani sebagai berikut : Isim Nakiroh itu tidak boleh dijadikan mubtada’, sebab mubtada’ itu perkara yang dihukumi (mahkum ‘alaih) maka harus dinyatakan itu dikhususkan, lebih dahulu, kecuali Isim nakiroh itu sudah memberikan faidah. (ada musawwigh) diantara musawwigh itu adalah isim nakiroh yang menjadi mubtada’ itu diakhirkan, sedangkan khobarnya berupa dhorof mukhtas yang didahulukan, عِنْدَ زَيدٍ نَمِرَةٌ . Dhorof yang muhktas adalah dhorof yang mudhof ilaihnya dapat dibuat mubtada’ (berupa isim ma’rifat.) melainkan lafadz عِنْدَ رَجُلٍ مَالٌ, maka tidak boleh sebab tak berfaidah.

Penjelasan Nadhoman Kedua (Wa hal fataa…) Musawwigh yang kedua adalah isim nakiroh yang menjadi mubtada’ itu di dahului istifham, atau nafiy. هَلْ فَتَى فِيْكُمْ , مَاخلٌّ لنَا, dan musawwigh yang ketiga adalah , mubtada’ isim yang disifati dengan sifat yang menentukan. Contoh وَرَجُلٌ مِنَ الْكِرَامِ عِنْدَنَا, melainkan lafadz وَرَجُلٌ مِنَ النَاسِ مَعَنَا, maka ini tidak boleh, sebab sifat ini tidak bisa menentukan. 

Penjelasan Nadhoman Ketiga (Wa roghbatun …)Musawwigh yang ketiga adalah isim nakiroh yang menjadi mubtada’ itu beramal kepada lafadz sesudahnya. Contoh : رَغْبَةٌ فِى الْخَيْرِ خَيْرٌ  , atau isim nakiroh itu dimudhofkan, contoh : عَمَلُ بِرٍّ يَزِيْنُ, dan lafadz lain sesudah membawa faidah, contoh : سَلَامٌ عَلَى اِبْرَاهِيْمَ. Musawwighnya adalah do’a. 

Tanbih, pokok pembahasan bagi isim nakiroh yang dapat dojadikan mubtada’ itu asalkan ada faidah, walalupun tidak terdapat musawwigh, seperti di atas, contoh : رَجُلٌ عَلَى الْبَابِ, apabila mukhotob tidakh tahu sebelumnya, bahwa dekat pintu ada seorang laki-laki, maka lafadz tersebut sudah dianggap benar

Posting Komentar untuk "Mubtada' Pada Isim Nakiroh Harus Berfaedah"

ِِِArtikel Pilihan:



Contoh Soal Present Continuous Pilihan Ganda dan Jawabannya

close