Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Khobar dan Mubtada' Pada Sebuah Kalimat

 Di dalam kitab alfiyah ibnu malik, terdapat nadhoman yang menjelaskan tentang khobar dan mubtada’ pada sebuah kalimat. sebagaimana nadhoman berikut Au kana musnadaz lidzi lamibtida au lazimish shodri Kaman liy munjida wa n ahwu ‘indi dirhamun wa li wathorun multazamun fiihi taqoddamul khobar kadza idza ‘aada ‘alaihi mudhmaru mimma bihi ‘anhu mubinan yukhbaru kadzaidza yastaujibut tashidiro kaaina man ‘alimtahu nashiiro wa khobaro makhsuri qoddim Abadan ka ma lana illattiba’u akhmada

اَوْكَانَ مُسْنَدًا لِذِى لَامِ ابْتِدَا اَوْلَازِمِ الصَّدْرِ كَمَنْ لِى مُنْجِدَا

Artinya ; atau Apabila khobarnya menjadi khobar dari mubtada’ yang kemasukan lam ibtida’ dan atau apabila mubtada’nya wajib dijadikan permulaan kalam.

وَنَحْوُ عِنْدِى دِرْهَمٌ وَلِى وَطَرٌ مُلْتَزَمٌ فِيْهِ تَقَدُّمُ الْخَبَرِ

Artinya : Sesamanya lafadz عِنْدِى دِرْهَمٌ dan وَلِى وَطَرٌ itu hukumnya wajib mendahulukan khobar.

كَذَا اِذَا عَادَ عَلَيْهِ مُضْمَرُ مِمَّا بِهِ عَنْهُ مُبِيْنًا يُخْبَرُ

Artinya : Begitu juga wajib mendahulukan khobar apabila di dalam lafadznya mubtada’ yang diikhobari terdapat isim dhomir yang kembali pada khobar.

كَذَا اِذَا يَسْتَوْجِبُ التَّصْدِيْرَا كَأَيْنَ مَنْ عَلِمْتَهُ نَصِيْرَا

Artinya : Begitu juga wajib mendahulukan khobar apabila khobarnya berupa lafadz yang wajib berada dipermulaan kalam (seperti istifham), seperti lafadz أَيْنَ مَنْ عَلِمْتَهُ نَصِيْرَا

وَخَبَرَ الْمَحْصُوْرِ قَدِّمْ اَبَدًا كَمَا لَنَا اِلَّااتِّبَاعُ اَحْمَدَا

Artinya : Dahulukan khobar yang diringkas di dalam mubtada’, seperti lafadz مَالَنَااِلّا اتِّبَاعُ اَحْمَدَ (tidak ada bagi kita kecuali nabi Muhammad)

Penjelasan menurut Ustadz Hamdani As Sidani (au kana musnadan dan seterusnya…) sebagai berikut apabila ada tarkib mubtada’ khobar, mubtada’nya ditemuhi lam ibtida’, maka khobarnya harus diakhirkan. Contoh لَزَيْدٌ قَائِمٌ, atau mubtada’ berupa isim yang berhak di muka. Seperti mubtada’ itu berupa isim istifham, contoh مَنْ لِى مُنْجِدَا. Atau berupa isim syarat, contoh : مَنْ يَجْتَهِدْ يَفُزْ. Dan lain sebagainya maka khobarnya harus juga diakhirkan.   

Nadhoman kedua (wa nahwu ‘indiy dirhamun dan seterusnya …) sebagai berikut setelah menerangkan mubtada’ yang harus didahulukan. Sekarang menerangkan khobar yang harus didahulukan, khobar yang berupa dhorof itu jar majrur dan mubtada’nya berupa isim nakiroh itu khobarnya harus didahulukan, mengakhirkan mubtada’. Contoh : ‘indiy dirhama (عِنْدِى دِرْهَمَ), liy wathorun (لِى وَطرٌ).  Mendahulukan khobar ini sebagai musawwigh (memperbolehkan) mubtada’ isim nakiroh, sebab bila khobar itu tidak didahulukan. Maka disangka bahwa dhorof itu jar majrur itu menjadi sifat bagi mubtada’ isim nakiroh. Kemudian khobarnya dikira-kirakan. 

Nadhoman ketiga (kadzaa idza ‘Aada ‘alaihi dan seterusnya …) sebagai berikut bila ada mubtada’ yang mengandung dhomir yang rujuk kepada lafadz yang menjadi persambungan khobar. Maka khobar harus didahulukan. فِى الدَّارِ صَاحِبُهَا , tidak boleh dibaca صَاحِبُهَا فِى الدَّارِ. Sebab terjadi dhomir ruju’ kepada murojji’, yang diakhir lafdhon wa ruthbatan. Lafadz فِى الدَّارِ,  memang diakhir derajatnya juga akhir sebab menjadi khobar. 

Nadhoman keempat (kadzaa idza yastaujibu dan seterusnya …) sebagai berikut demikian juga khobar harus didahulukan, apabila khobar itu berhak dipermulaan kalam. Seperti khobar itu berupa isim istifham. اَيْنَ مَنْ عَلِمْتَهُ . atau khobar itu dimudhofkan kepada isim istifham. Contoh غُلَامُ مَنْ اَنْتَ, lafadz ghulaamu menjadi khobar yang didahulukan, lafadz anta menjadi mubtada’ yang diakhirkan.  

Nadhoman kelima (wa khobarol mahshuri qoddim dan seterusnya …) sebagai berikut khobar yang diringkas kepada mubtada’ itu harus didahulukan mengakhirkan mubtada’nya. مَالَنَااِلّا اتِّبَاعُ اَحْمَدَ, اِنَّمَا قَائِمٌ زَيْدٌ, sebab kalau khobar itu diakhirkan, maka menjadi terbalik murodnya

Posting Komentar untuk "Khobar dan Mubtada' Pada Sebuah Kalimat"

ِِِArtikel Pilihan:



Contoh Soal Simple Past Pilihan Ganda dan Jawabannya

close